Tips Menjadi Menejer Sukses, Cara Menjadi Menjer Sukses,

Tips Menjadi Seorang Menejer yang Sukses

Apakah anda seorang Menejer, tentu ingin sukses dong? Nah kalau anda ingin sukses yang harus diperhatikan adalah membangun semangat kerja bawahannya. Barangkali hal di bawah ini mungkin dapat dijadikan pertimbangan jika Anda kebetulan adalah seorang supervisor atau manager.

Dengarkan Pendapat Bawahan

Carl Rogers, seorang pakar di bidang psikologi, pernah berkata bahwa penghalang yang terbesar untuk melakukan komunikasi pribadi adalah ketidaksanggupan seseorang untuk mendengarkan dengan baik, dengan penuh pengertian danperharian kepada orang lain. Jika Anda diberi tugas untuk membimbing dan melatih seseorang maka hal ini merupakan salah satu hal terpenting yang harus diingat. Ketika Anda sedang berbicara dengan bawahan Anda jagalah agar Anda tidak terlalu banyak bicara, melainkan lebih banyak men­dengarkan keluhan dan masukan dari bawahan Anda.

Kesediaan untuk mendengar akan memberi kesempatan kepada bawahan untuk mengutarakan keinginan dan pendapatnya. Dengan mendengar berarti Anda memperhatikannya, Anda mempunyai suatu perhatian yang konstruktif mengenai masalah yang dihadapi olehnya, di mana mungkin Anda selaku atasan mempunyai alternatif solusi yang dibutuhkan orang tersebut. Dengan demikian akan tercipta rasa aman dan nyaman sehingga bawahan Anda lebih mau terbuka terhadap saran-saran yang diberikan. Selain itu mendengarkan seseorang yang secara bebas berbicara tentang dirinya sendiri merupakan jalan terbaik untuk mengenai lebih jauh siapa lawan bicara kita tersebut. Meskipun demikian mendengarkan tidaklah selalu berarti bahwa Anda percaya terhadap segala yang Anda dengar. Tentu saja untuk dapat menjadi pendengar yang baik di-butuhkan kesabaran dan kerendahan hati.

2.   Kenali Pekerjaan yang Dilakukan

Kita sering melakukan kesalahan dalam menginterpretasi dan menilai hasil kerja seseorang sebagai akibat dari suatu pandangan dan pengetahuan yang dangkal sekali tentang pekerjaan orang tersebut. Seringkali kita menjumpai seorang atasan yang mengharapkan bawahannya melakukan sesuatu yang sebenarnya bukan merupakan kapasitasnya. Jika mengambil perumpamaan hal tersebut adalah ibarat mengharap­kan pohon mangga menghasilkan buah durian. Mustahil bukan? Akibatnya tidak sedikit bawahan yang menjadi frustrasi danbahkan tidak "respect" terhadap atasan karena atasan demikian dinilai tidak tahu apa pekerjaan ba­wahannya sebenarnya (padahal ia seharusnya tahu).     

Jika Anda adalah seorang atasan maka sudah seharus­nya Anda mengetahui apa yang wajib dan baik untuk dikerjakan atau diselesaikan bawahan Anda. Anda juga harus dapat mengetahui secara pasti apakah bawahan Anda mengerjakan tugas dengan suatu cara atau jalan yang aman yang dapat diterima oleh perusahaan. Jika ternyata bawahan Anda dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan cara-cara yang dapat diterima tetapi tidak sesuai dengan cara Anda, maka sedapat mungkin biarlah ia menggunakan cara ter­sebut. Jangan cepat-cepat mengkritik atau pun memaksanya untuk melakukan menurut cara Anda. Sebaliknya jika ia ternyata tidak dapat menyelesaikan tugasnya, maka Anda perlu melakukan suatu perubahan. Langkah awal dalam melakukan perubahan tersebut adalah dengan membuat suatu persetujuan antara anda dan bawahan mengenai hal-hal yang mendasar dari pekerjaan tersebut.

3.   Kenali Bawahan Anda

Sebagai atasan, Anda harus mengetahui kesanggupan dan bakat-bakat anak buah Anda dan menolong mereka untuk menggunakan kemampuannya untuk disalurkan dalam pekerjaan. Anda juga dituntut untuk mendorong usaha-usaha perbaikan diri bawahan, mengerti kebutuhan dan keinginan mereka, dan sebagainya. Sebagai contoh: Anda harus dapat membedakan apakah bawahan Anda lebih ter-tarik pada kesempatan dan tantangan karir atau pada materi seperti uang atau lebih pada status. Jika Anda dapat meng-indentifikasi hal ini maka akan lebih mudah bagi Anda untuk mengarahkan dan memotivasi bawahan Anda.

Anda sudah semestinya mengenai bawahan Anda, jika tidak secara pribadi sekurang-kurangnya Anda mengenali karakter-karakter penting yang berguna bagi produktivitas bawahan tersebut. Beberapa supervisor/manajer merasa takut untuk mengenai lebih dekat bawahannya, karena dengan kedekatannya itu maka mereka akan menjadi terlalu lunak dan salah dalam menilai prestasi bawahan. Pendapat semacam itu sebenarnya merupakan suatu kekeliruan, karena mengenali seseorang dan menghargai kepribadian serta keunikan yang dimilikinya tidaklah berarti bahwa Anda tidak menuntut ia untuk bekerja dengan sebaik-baiknya se-suai dengan aturan yang berlaku.

4.   Kenali Perlombaan yang Ingin Anda Lakukan

Sebagai pejabat baru dan masih berada dalam semangat yang menyala-nyala untuk mendorong dan memotivasi bawahan Anda, Anda mungkin terus memacu bawahan Anda untuk melakukan sesuatu, yang sesungguhnya tidak terlalu signifikan. Hal tersebut merupakan suatu hal yang wajar karena Anda mungkin masih dalam tahap ingin menunjukkan jati diri sebagai atasan yang pantas menduduki jabatan tersebut. Namun demikian kondisi ini harus benar-benar diwaspadai mengingat bahwa tidak ada seorangpun bawahan yang mampu bekerja dalam kondisi yang tetap maksimal setiap hari. Jadi janganlah Anda terus-menerus berteriak "awas ada macan", sampai anak buah Anda kelelah-an dan akhirnya ketika "macan" yang sesungguhnya tiba anak buah Anda sudah kehabisan tenaga dan tidak memiliki semangat lagi.      

Selain itu bawahan Anda mungkin akan merasa bosan danjengkel karena dorongan-dorongan Anda untuk bekerja lebih giat danbersemangat, sementara mereka mengetahui bahwa pekerjaan yang dikerjakan tersebut tidak begitu penting. Contoh: Anda memberikan tugas atau proyek khusus kepada bawahan Anda tanpa ada kejelasan apa liiidak lanjutnya, kapan diaplikasikan dan tidak ada target pasar yang jelas, sementara bawahan Anda tersebut masih harus mengerjakan tugas-tugas rutin yang sudah sangat jelas manfaatnya bagi perusahaan. Oleh karena itu amat sangat pen ting bagi Anda selaku atasan untuk dapat menenrukan prioritas pekerjaan yang harus dilakukan, sehingga tidak ada kegiatan yang terlihat "mubazir" dan hanya sekedar mem-buat bawahan Anda terlihat sibuk. Tanpa kemampuan untuk menentukan hal ini maka bawahan Anda akan cenderung tidak tidak bisa membedakan antara suatu pekerjaan yang urgent dengan yang rutin karena setiap hari mereka selalu dikejar-kejar.

5.  Gunakan Peristiwa-Peristiwa Khusus

Dalam aktivitas kerja selalu saja ada kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa khusus yang dapat dijadikanbahan atau contoh Untuk membangun semangat kerja bawahan Anda. Contoh: Keberhasilan divisi Anda dalam memenang-kan suatu proyek atau keberhasilan divisi dalam memangkas biaya produksi atau pun penghargaan yang diberikan oleh media massa (masyarakat) kepada teamwork Anda. Sebalik-nya ada juga peristiwa-peristiwa di mana Anda dan bawahan Anda mungkin mengalami kegagalan. Gunakan keberhasilan ataupun kegagalan tersebut sebagai bahan pembelajaran. Tunjukkan kepada bawahan Anda faktor-faktor apa saja yang membuat divisi Anda meraih sukses. Dan tunjukkan juga faktor-faktor atau perilaku apa saja yang menyebabkan divisi Anda mengalami kegagalan. Dalam menyikapi ke­gagalan, carilah alternatif solusi secara bersama-sama, usahakan banyak ide-ide yang dapat diutarakan, dan jangan sekali-kali mematahkan semangat bawahan Anda sebab bila ia patah semangat maka banyak hal yang tidak akan tercapai.

Sebagai atasan, Anda harus jeli memanfaatkan peristiwa yang ada untuk mengarahkan bawahan dalam memahami dan menghadapi fakta atau realitas dalam pekerjaan sehari-hari.

6.   Berikan Kesempatan

Kesalahan-kesalahan yang dilakukan bawahan dalam bekerja jarang sekali berakibat fatal. Artinya dari kesekian banyak kesalahan yang mungkin dilakukan masih terdapat peluang untuk diperbaiki dan diberikan kesempatan untuk berubah. Oleh karena itu, janganlah semata-mata memberi-kan hukuman kepada bawahan yang kebetulan melakukan kesalahan, tapi tolonglah dia dan berikan kesempatan kedua untuk memperbaiki dirinya.

Jika Anda memang sudah menyerah terhadap kemungkinan perbaikan dari seorang bawahan, yaitu jika Anda merasa bahwa pekerjaannya sangat tidak memuaskan dan dia tidak mungkin lagi dapat memaksimalkan pekerjaan tersebut (meski sudah dilakukan bimbingan dan pelatihan), janganlah berpura-pura menolongnya dan hentikanlah usaha-usaha melakukan kritik yang konstruktif, karena semua itu tidak akan berguna lagi. Katakanlah kepadanya dengan terus terang bahwa pekerjaan yang dia lakukan tidak berhasil. Kemudian sarankan suatu mutasi ke bidang lain yang lebih sesuai, jika hal itu memungkinkan, atau berhentikan orang tersebut melalui prosedur yang berlaku.

8.  Delegasikan Tanggungjawab

Salah satu hal penting dari sifat-sifat seorang atasan ada­lah bagaimana ia dapat mendelegasikan atau mewakilkan tanggungjawab dan wewenang kepada bawahannya. Se­orang atasan yang buruk tidak akan pernah mau dan mampu mendelegasikan tanggungjawab dan wewenang kepada ba­wahannya. Sebaliknya atasan yang lemah akan terlalu mudah mendelegasikan tanpa adanya pengawasan atau kontrol yang cukup. Sementara itu jika Anda ingin menjadi atasan yang baik maka delegasikan tanggungjawab dan wewenang Anda dengan suatu catatan atau agenda yang memuat waktu penyelesaian pekerjaan tersebut. Mintalah laporan perkembangan pekerjaan pada waktu-waktu tertentu dan lakukan tindakan yang positif jika permasalahan muncul atau terjadi.

9.   Patuhi Batas-batas Peran Anda

Sebagai atasan Anda harus menyadari benar kemampuan Anda, Anda tidak dapat mengubah semua hal sesuai dengan keinginan Anda. Anda harus menyadari bahwa Anda bukanlah dokter bedah otak, yang dapat mengoperasi setiap orang sesuka hati Anda, Anda juga bukanlah pendeta/ kiai bagi bawahan Anda dan Anda juga bukan ahli psikologi yang dapat menyembuhkan berbagai masalah psikologisnya. Ingatlahbahwasanya ada tiga jalan yang fundamental untuk mengubah seseorang: yaitu tobat keagamaan, psikoterapi dan operasi otak. Anda adalah seorang pemimpin, janganlah memaksakan diri untuk melakukan ketiga hal tersebut. Salah-salah Anda akan menjadi korbannya.
     
Selain beberapa hal diatas pasti masih banyak cara untuk meningkatkan kemampuan managerial Anda dalam me­ningkatkan kinerja para bawahan Anda. Dengan tulisan ini kami berharap bahwa hal-hal diatas dapat memperkaya wawasan Anda sehingga lebih percaya diri dalam membimbing bawahan Anda.