Museum Nasional dan Museum Daerah

Museum Nasional dan Museum Daerah


Jumlah Museum yang ada di Indonesia cukup banyak. Hampir disetiap daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten memiliki museum sendiri-sendiri. Yang mana museum tersebut di kelola dan diurus oleh pemerintah daerah setempat. Oleh karena itu museum sejenis di katakan dengan museum daerah. Pada umumnya museum daerah ini menampilkan benda-benda seni dan bersejarah yang berhubungan dengan perkembangan daerah yang bersangkutan.

Diantara museum-museum daerah yang terdapat di Nusantara yaitu Museum Malikussaleh berada di Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Museum Simalungun di Provinsi Sumatera Utara, Museum Negeri Adityawarman di Provinsi Sumatera Barat, Museum Kereta ada di Provinsi Jawa Tengah. Museum Sonobudoyo di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Museum Purbakala di Provinsi Bali. Museum Negeri Mulawarman di Kalimantan Timur.

Selain memiliki museum daerah, negara Indonesia juga memiliki museum pusat yang berada di Ibukota Negara yaitu Jakarta, yang disebut juga dengan Museum Nasional. Museum ini beralamat di Jalan Merdeka Barat No. 12, Jakarta Pusat. Tempat museum ini sering juga disebut dengan Gedung Gajah, hal ini disebabkan karena di halamannya ada sebuah patung gajah terbuat dari perunggu. Patung gajah tersebut merupakan pemberian Raja Chulalongkorn dari negeri Thailand. Selain itu masyarakat sering juga menyebutnya dengan nama Gedung Arca karena di dalam museum itu terdapat banyak patung atau arca dari berbagai kurun waktu.

Kalau museum daerah dikelola dan diurus oleh pemerintah daerah setempat, maka museum nasional ini dikelola oleh pemerintah pusat, dalam hal ini yaitu Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
Museum Nasional Indonesia atau Gedung Gajah itu sangat terkenal. Banyak para wisatawan dalam maupun luar negeri yang datang berkunjung ke museum ini. Dan Museum nasional merupakan suatu kebanggaan bangsa Indonesia.

Sejarah Museum Nasional Republik Indonesia

Sekelompok cendekiawan dan para kolektor (pengumpul benda-benda seni) orang-orang Belanda, pada tahun 1978 mendirikan sebuah lembaga ilmu pengetahuan yang diberi nama, Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenshappen, yang artinya kira-kira begini : Lembaga Seni dan Ilmu Pengetahuan Batavia.


Lembaga tersebut merupakan lembaga milik swasta yang tujuannya untuk memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu, terutama ilmu sejarah, arkeologi (ilmu yang mempelajari benda-benda peninggalan purbakala), etnografi (ilmu yang mempelajari kehidupan suku bangsa), dan fisika. Hasil dari penelitian tersebut diterbitkan menjadi buku atau surat-surat yang berupa selebaran (brosur).



Salah seorang dari pendirinya bernama JCM Redermacher bahkan menyumbangkan sebuah rumah berikut dengan benda-benda budaya bersejarah dan buku-buku miliknya. Benda-benda tersebut merupakan modal dasar berdirinya museum dan perpustakaan lembaga yang didirikan tadi.

Karena jumlah koleksi benda-benda itu semakin lama semakin banyak, pada permulaan abad XIX, Thomas Stanford Raffles, orang Inggris yang pernah menjadi Letnan Gubernur di Pulau Jawa membangun gedung baru di Jalan Majapahit No. 3, Jakarta, yang diberi nama Literary Society atau Masyarakat Sastra.

Pada tahun 1862 Pemerintah Hindia Belanda membangun gedung museum baru, yang digunakan sebagai kantor sekaligus tempat untuk memamerkan, merawat, serta menyimpan semua benda-benda koleksi yang sudah ada selama ini. Gedung tersebut terletak di Jalan Merdeka Barat No. 12, Jakarta Pusat, yang diresmikan tahun 1868. Gedung ini kemudian dikenal sebagai Gedung Gajah atau Gedung Arca.

Lembaga tersebut di atas kemudian menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia yang pada tahun 1962 diserahkan kepada Pemerintah Indonesia menjadi Museum Pusat. Dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 092/0/1979 tanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan kedudukannya menjadi Museum Nasional.

Di antara tugas dan fungsi Museum Nasional adalah sebagai lembaga untuk meneliti dan mempelajari warisan budaya bangsa serta sebagai pusat informasi yang bersifat menghibur, mendidik, dan mengenal budaya.

Sampai saat ini Museum Nasional memiliki 109.342 koleksi benda budaya yang meliputi berbagai jenis sebagai berikut :

1.
Koleksi Prasejarah, yaitu koleksi benda-benda peninggalan sebelum manusia mengenal tulisan, misalnya tulang belulang yang telah berupa fosil, gerabah, kapak batu, dan sebagainya.
2.
Koleksi Arkeologi, yaitu peninggalan benda budaya yang dipengaruhi kebudayaan Hindu-Budha, misalnya arca Dewa Hindu, arca Budha, arca binatang, peralatan upacara, benda perhiasan, dan sebagainya
3.
Koleksi Numismatik dan Heraldik. Numismatik adalah mata uang atau alat tukar, mulai masa Indonesia kuno, masa pemerintahan Belanda, Inggris, Jepang, sampai kini. Heraldik adalah tanda jasa atau lambang, misalnya jimat, cap, lambang daerah, pening, medali dan sebagainya.
4.Koleksi Relik Sejarah, yaitu benda peninggalan yang mempunyai nilai sejarah, berupa prasasti, naskah kuno, perabotan rumah tangga, keramik, gerabah, meriam, dan sebagainya.
5.
Koleksi Geografi, berupa benda budaya tentang sejarah alam dan lingkungan, misalnya peta tentang aneka budaya Indonesia, peta perkembangan kota Batavia, dan sebagainya.
6.Koleksi Etnografi, yaitu koleksi benda budaya yang berasal dari berbagai suku bangsa di Indonesia, berupa peralatan mata pencaharian hidup, rumah adat, kain dan sebagainya.
7.Koleksi Keramik, yaitu kumpulan berbagai benda dari tanah liat, bahan batuan, dan porselin, berupa piring, mangkok, botol, pedupaan, cepuk, patung binatang dan manusia.
8.Koleksi Seni Rupa, yaitu kumpulan benda-benda hasil karya cipta, yang berupa lukisan dan patung, mulai dari lukisan karya Raden Saleh sampai dengan karya lukis zaman sekarang.

Benda-benda budaya yang ada di Museum Nasional ini selain berasal dari daerah-daerah di Indonesia ada juga yang berasal dari negeri asing, misalnya lukisan.

Dengan kunjungan ke Museum Nasional kita akan dapat menyaksikan berjenis-jenis benda budaya yang cukup lengkap dan memadai untuk menambah pengetahuan kita.