Museum Wayang Peninggalan VOC

MUSEUM WAYANG

Museum Wayang yang berada di Jalan Pintu Besar Utara Nomor 27, Jakarta Barat, jaraknya cukup berdekatan dengan dua museum yang lain, yaitu Museum Sejarah Jakarta dan Museum Seni Rupa dan Keramik. Bahkan, hampir seperti bertetangga saja.

Tidak bedanya dengan dua museum yang telah disebutkan, gedung yang digunakan untuk Museum Wayang ini merupakan bangunan kuno zaman Belanda yang didirikan oleh VOC tahun 1640. Pertama kali dulu dipakai sebagai gereja dengan nama de Oude Holandsche Kerk atau Gereja Belanda Lama untuk melayani penduduk sipil Eropa dan tentara Belanda di Batavia pada waktu itu.
Gereja itu pada tahun 1732 dipugar dan namanya kemudian diganti menjadi de Nieuwe Holandsche Kerk atau Gereja Belanda Baru. Halaman gereja dimanfaatkan sebagai makam para pejabat Belanda, di antaranya Gubernur Jenderal Belanda yang sangat terkenal dalam sejarah, yaitu Jan PieterZoen Coen. Sampai sekarang nama-nama orang Belanda yang dimakamkan di situ masih ada. Nama-nama tersebut tertulis dalam prasasti yang ada di tembok bagian tengah Museum Wayang.
Bangunan gereja itu akhirnya hancur akibat gempa bumi. Di atas reruntuhan gereja tersebut pada tahun 1912 dibangun sebuah kantor dagang Belanda, Perusahaan Geo Wehry & Co yang digunakan sampai tahun 1934. Mulai tahun 1936 gedung tersebut dijadikan monumen atau bangunan peringatan. Monumen itu akhirnya dibeli oleh sebuah lembaga yang mengurusi masalah ilmu pengetahuan dan kebudayaan Indonesia. Tidak lama setelah itu bangunan tadi dijadikan museum yang diberi nama Museum Batavia Lama, yang diresmikan pada tanggal 22 Desember 1939 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Tjarda van Starkenborg Stachouwer.

Pada zaman Penjajahan Jepang museum ini terlantar dan tidak terpelihara sama sekali. Barulah setelah zaman kemerdekaan tiba, yaitu pada tahun 1957 museum tersebut diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia, yang kemudian dikenal dengan nama Museum Jakarta. Setelah diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1962, maka enam tahun kemudian yaitu tahun 1968 oleh Departemen tersebut lalu diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta. Pada tahun itu pula Pemerintah DKI Jakarta mendirikan Dinas Museum dan Sejarah.

Sejak tahun 1975 museum ini diresmikan oleh Gubernur Jakarta sebagai Museum Wayang. Gagasan pendirian Museum Wayang ini yaitu setelah adanya Pekan Wayang

Indonesia Ke-2 tahun 1974. Pada waktu itu Gubernur DKI Jakarta sangat terkesan sehingga menawarkan kepada panitia untuk mendirikan Museum Wayang tadi.

Koleksi atau kumpulan wayang di museum tersebut sampai sekarang tidak kurang dari 5.147 buah yang terdiri dari wayang kulit, wayang golek, topeng, boneka, dan gamelan. Benda-benda tersebut dipamerkan dalam Wayang Suiuh ruang-ruang yang sudah terbagi secara khusus.
1.Ruang Satu, berisi wayang golek Sunda beserta seperangkat gamelannya untuk acara pagelaran, wayang revolusi, wayang dari rumput, wayang dari bambu, wayang dari kardus, foto-foto wayang ukuran besar.
2.Ruang Dua, berisi wayang kulit intan, wayang kulit Kedu, lukisan wayang kaca, wayang Kancil, wayang krucil Jawa, wayang kulit Cirebon, wayang kulit Banyumas, wayang kulit Sadad, gamelan Jawa Timur,bahan proses pembuatan wayang.
3.Ruang Tiga, berisi wayang Catur, wayang Kaper, Wayang Golek Mini, wayang golek Cepak, wayang golek Pekalongan, Kebumen, Bandung, Pakuan, Bogor, patung Anoman, patung Semar dari Tembikar, wayang Sasak, blencong (lampu pedalangan) perunggu, blencong dari Cirebon, wayang golek Kanton dari Cina, dan wayang Amerika.
4.Ruang Empat, berisi wayang kulit Wahyu, wayang kulit Kencana, wayang klitik Pakualaman, wayang klitik Menak, wayang kulit Ukur, wayang kulit Surakarta, wayang kulit Sumatera, Betawi, Bali, Kelantan Malaysia, Banjar, Kalimantan, si Gale-Gale, Gundala-Gundali, dan gamelan.
5.Ruang Lima, berisi wayang boneka Perancis, wayang boneka India, wayang kulit Kamboja, wayang kulit Potehi, wayang kulit Thailand, dan boneka Inggris.
6.Ruang Enam, dipergunakan untuk pergelaran wayang, berisi seperangkat gamelan. Pergelaran wayang diadakan 2 kali dalam sebulan, pada hari Minggu mulai pukul 10.00 sampai dengan selesai.
7.Ruang Tujuh, berisi topeng Cirebon, Jawa Tengah, Bali, Panji, wayang kaca, wayang seng, lukisan wayang orang, dan lukisan Kumbakarna.
8.Ruang Delapan, merupakan taman dengan prasasti-prasasti Belanda, di antaranya prasasti yang memuat nama-nama pejabat Belanda yang dimakamkan di tempat tersebut.
9.Ruang Sembilan, berisi wayang beber dari Pacitan, adegan-adegan perang Baratayuda.
10.Ruang Sepuluh, berisi wayang gapura dari Banyumas, calung Banyumas, foto wayang beber, wayang suluh, poster-poster wayang, dan peta DKI Jakarta.

Di museum ini tersedia tempat penjualan cenderamata wayang golek dan wayang kulit.